Anda sudah kerja keras supaya bisa masuk ke tahapan tes wawancara kerja.
Anda sudah lolos tahap penyaringan surat lamaran dan curriculum vitae,
dan mungkin juga wawancara telepon. Nah sekarang tantangannya adalah
menghadapi secara langsung para pewawancara dan mungkin juga sang
pemilik perusahaan. Padahal bagian wawancara atau interview ini lah yang
biasanya dianggap paling membuat stress. Di sini Anda tidak bisa lagi
bersembunyi di belakang surat lamaran dan curriculum vitae. Maka perlu
kemudian Anda berhati-hati untuk tidak melakukan beberapa kesalahan umum
sebagai berikut:
1. Hadir Terlambat
Ngaret: tak ada cara yang lebih mudah ketimbang ini untuk dg sukses
kehilangan poin baik dari employer prospektif. Yang namanya kesan
pertama itu memang amat membekas. Sayangnya, hadir terlambat meneriakkan
pesan semacam “Aku ini ndak bisa diandalkan” atau “Waktu Anda semua
ndak begitu penting buat saya”. Apakah ini yang Anda ingin para
pewawancara dan employer prospektif pikir tentang diri Anda bahkan
sebelum Anda sempat berucap seutas kata pun? Pastikan Anda telah ketahui
secara pasti lokasinya, sehingga nanti tidak perlu habiskan waktu untuk
tersesat ria. Datanglah amat awal di tes wawancara Anda. Dengan begitu,
hujan lebat, banjir, macet atau urusan lain tidak akan jadi perusak
kesan baik Anda. Jika ternyata sampai kebetulan ada truk tronton
ngguling dan menumpahkan 10 ton tomat di tengah jalan, maka begitu Anda
tiba di lokasi, segeralah minta maaf, beri penjelasan singkat, dan
langsung lanjutkan (idealnya Anda telpon saja dari HP begitu merasa
bakal terlambat).
Tapi jikapun Anda hadir jauh lebih awal, jangan lantas Anda nyelonong
masuk saja ke ruang wawancara. Ini juga kurang baik, bahkan meskipun
sang pewawancara terlihat sedang nganggur dan asyik bercanda. Tunjukkan
bahwa Anda betul-betul menghargai waktu sang pewawancara, dan hanya
masuk ketika telah dipanggil atau diperkenankan.
2. Berperilaku Kurang Menyenangkan
Lho, gimana ni kok bisa-bisanya berperilaku tidak menyenangkan? Iya, ini
ketika ternyata Anda temukan bahwa pekerjaan yang awalnya Anda inginkan
ternyata tidaklah semenarik yang Anda kira sebelumnya. Jika Anda
termasuk orang yang polos, bisa jadi sikap ketidaktertarikan Anda akan
langsung nampak, udah males-malesan mau melanjutkan wawancara. Dari
sini, berhati-hatilah untuk tidak menampakkan sikap tidak menyenangkan
seperti sikap acuh tak acuh, tidak perhatian, menyela perkataan ataupun
yang lain. Ingat bahwa sang pewawancara juga punya teman, keluarga, dan
relasi yang bisa jadi membawa pengaruh peluang kerja Anda di masa depan.
Jika perilaku Anda buruk, sang pewawancara akan ingat dan akan sebarkan
cerita buruk dan perilaku tak profesional yang Anda tampakkan.
Sehingga milikilah kebiasaan menyenangkan. Gunakan nada bicara yang
menyenangkan, jangan gunakan bahasa gaul. Meskipun Anda gugup, tapi ya
jangan sampai lah tampak seperti zombie; miskin senyum, tatapan dingin
dan tampang tak mengenakkan. Tampakkan antusiasme dan penuh empati.
Hal ini berlaku bahkan ketika Anda menghadapi bagian resepsionis. Dia
adalah orang yg pertama kali Anda temui di tempat wawancara, dan
pertemuan dengan dia lah yang membentuk kesan pertama atas Anda. Jangan
salah anggap bahwa pangkat rendah itu sama artinya dengan tak
diperhitungkan. Ada kemungkinan adalah tugas sang resepsionis untuk
mengantarkan Anda ke sesi wawancara kerja. Dia punya daya untuk
mengantarkan atau memperkenalkan Anda kepada para pewawancara secara
positif atau negatif bahkan sebelum Anda bertatap wajah dengan mereka.
Sehingga sang pewawancara bisa jadi akan mengkonfirmasi pendapat sang
resepsionis begitu Anda telah pergi.
Sehingga sederhana saja; kepada siapapun yang Anda temui di tempat wawancara; bersikap ramah lah.
3. Kurang Persiapan & Latihan
Sudah jelas, persiapan dalam wawancara memang penting. Pewawancara
berharap Anda tahu sesuatu tentang perusahaan dan posisi yang Anda
incar. Pengetahuan itu akan membuat Anda tampak termotivasi dan
benar-benar tertarik. Maka pastikan Anda sudah lakukan PR Anda; info
tentang perusahaan, produk layanannya. Pelajari dari liputan media
massa, internet, majalah, mantan karyawan, dsb.
Bentuk persiapan lain adalah dengan mengenali model-model pertanyaan
yang sekiranya akan diajukan, semisal seperti yg bisa Anda baca di blog
ini. Itu bukan untuk dihapal sehingga Anda tak ubahnya seperti beo.
Dampak lain dari kurang latihan adalah munculnya lusinan kata
“eemm”,”anu”,”kira-kira”, “mungkin” dan segala hal yang membuat Anda
terkesan meragukan atau tak meyakinkan. Jika memang latihan sudah cukup
tapi pas hadapi pertanyaan susah, maka daripada gunakan “eee” atau
“anu”, mending beri saja jeda sebelum menjawab, dan juga antar kalimat
waktu berbicara.
Maka janganlah lupa untuk melakukan latihan khusus untuk job interview Anda.
4. Gagal Mengartikulasikan Kelebihan Kekurangan
Menyebutkan kekuatan dan kelebihan memang ada seninya. Hanya Anda yang
paling bisa mengenali kekuatan dan potensi diri sendiri. Ini bukan
tempatnya untuk rendah hati. Jangan ragu untuk menceritakan kompetensi
dan pencapain serta prestasi Anda. Anda perlu jaga jaga bila sang
pewawancara belum sempat membaca detail CV Anda.
Tapi kadang masalahnya cuman karena gugup aja. Gara gara itu, apa yang
harusnya kalimat sederhana jadi mbulet ndak jelas maksudnya apa. Dan
lantas tak perlu pula gunakan bahasa dan istilah canggih dengan maksud
agar terkesan pintar. Biasa aja, yang penting maksud Anda tersampaikan.
Variasi lain dari kesalahan ini adalah ketidakmampuan dalam
menyambungkan pengalaman dan kompetensi diri dengan pekerjaan yang
ditawarkan. Job description dari pekerjaan tawaran menggambarkan
kebutuhan perusahaan. Maka Anda harusnya bisa menyambungkan pengalaman,
bakat-bakat dan kekuatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Sehingga
jika paparan kompetensi dan pengalaman Anda ngglambyar ke mana-mana
sampai perihal yang tak relevan, maka peluang Anda diterima pun
mengecil.
5. Mengeluh atau Menjelekkan Orang Lain
Anda akan terlihat buruk bila Anda banyak mengeluhkan atasan dan tempat
kerja Anda sekarang, atau yang lalu lalu, atau pesaing-pesaing Anda. Tak
perlu kita menjelekkan pihak lain untuk meninggikan diri sendiri. Itu
bukanlah cara yang berhasil. Jikapun secara jujur Anda punya masalah
dengan kondisi atau budaya kerja dari tempat kerja yang sekarang, tidak
perlu juga Anda berkeluh kesah panjang lebar.
6. Salah Busana
Sekali lagi, kesan pertama begitu awet diingat. Dalam 17 detik pertama
sejak sang pewawancara melihat Anda, kesan yang Anda hasilkan haruslah
yang luar biasa positif. Berpakaianlah ala konservatif, jangan yang
gaul. Untuk Anda yang perempuan: Tidak perlu gunakan banyak perhiasan;
yang simpel2 saja. Jika Anda memang mengenakan perhatian, sebaiknya
jangan yang imitasi. Gunakan sepatu hak rendah. Untuk Anda yang
Laki-laki: Perhatikan arloji Anda, jangan kenakan arloji kekanakan yang
penuh warna cerah. Jangan gunakan cincin akik secara mencolok. Sisir
rapi rambut Anda. Tidak perlu juga gunakan parfum yang berlebihan
sehingga bisa tercium dari radius jarak 2 meter. Jika Anda naik motor,
sebaiknya cek lagi penampilan Anda di kamar mandi sebelum tiba giliran
Anda. Dan jangan lupa tinggal jaket dan sarung tangan Anda di motor.
Anda bahkan harus terlihat cakep sejak bertemu dengan resepsionis.
7. Makan Permen Karet atau Merokok
Permen karet dan rokok bisa jadi teman sejati Anda di kala sedang gugup.
Tapi semua itu tidak sebaiknya menemani sejak Anda sudah sampai di
daerah parkiran. Permen karet membuat Anda tidak terkesan formal dan
malah terlihat sok. Sementara rokok bisa jadi memberi kesan bahwa Anda
kurang menaruh hormat pada sesi formal wawancara. Bahkan jika sang
pewawancara terlihat merokok di ruang tunggu, Anda sebaiknya tidak
merokok. Anda toh ibaratnya sedang mertamu ke rumah orang. Dan merokok
merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh sang pemilik rumah kepada
tamunya.
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar